Peraktik kredit "Bank Keliling atau Bank Emok” dengan target emak-emak, belakangan ini kerap jadi pemicu keresahan di lingkungan masyarakat, hal tersebut terjadi lantaran baik pihak Bank Emok maupun Bank Keliling selain menerapkan bunga yang tinggi juga dalam melakukan penagihan kredit angsuran diduga tak ada toleransi kebijakan dan menggunakan sistem tanggung renteng sehingga memicu konflik dan keresehan di lingkungan masyarakat.
Seperti yang dialami kelompok emak-emak warga Kampung Tipar Desa Kertaja. Mereka mengaku ketika tidak punya uang untuk membayar angsuran kredit tidak jarang dipaksa oleh pihak Bang Emok dan Bank Keliling.
Menurutnya, dikala sewaktu-waktu kita tidak ada uang untuk bayar kredit angsuran pinjaman petugas Bank Emok ngotot dan maksa harus membayar tanpa alasan apapun.
Bahkan kita disuruh meminjam uang kepada orang lain, untuk menututup angsuran yang ditagihnya. Terlebih saat petugas Bank Emok mengancam tidak mau pulang sebelum kita membayar.
“Katanya sampai malam pun ditunggu dan mengancam tidak akan pulang sebelum menerima pembayaran angsuran dari kita. Maka tadi kita dipasilitasi oleh ORMAS GEMPA untuk mediasi dengan petugas bank emok, dan hasilnya semua Bank Emok dan Bank Keliling sepakat untuk tidak lagi beroperasi di kampung tipar dan sisa angsuran pinjaman pokok akan dibayar ketika ekonomi masyarakat sudah pulih,” tutur salah satu nasabah yang mewakili kelompok emak-emak.