Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger TemplatesPremium By Raushan Design With Shroff Templates

Iklan

MENG CHI HILANGNYA TELINGA SANG UTUSAN KAISAR

detikNews jakarta
Senin, 16 Desember 2024
Last Updated 2024-12-16T13:41:03Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini
1detik.info -Tahun 1289, kekaisaran Mongol (Dinasti Yuan) yang dipimpin oleh Kaisar Kubilai Khan mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaan yang membentang luas dari Asia Timur hingga ke sebagian Eropa Tengah menjadi bukti keagungan Dinasti Yuan. Namun, ambisi Kaisar tidak berhenti di situ. Ia memandang negeri-negeri di selatan, seperti Champa, Annam, dan Jawa (Singhasari), sebagai wilayah yang layak berada di bawah naungan kekuasaannya.

Di Singasari, Prabu Kertanegara memimpin kerajaannya dengan penuh kewibawaan. Kertanegara dikenal sebagai raja yang keras kepala, berani, dan tidak takut melawan siapa pun yang berusaha menundukkan tanah airnya. Namun, keputusannya untuk melawan Kubilai Khan akan menjadi awal dari peristiwa yang mengguncang sejarah.

KEDATANGAN MENG CHI, UTUSAN KAISAR KUBILAI KHAN
Hari itu, langit Singasari berwarna kelabu. Hujan gerimis baru saja reda ketika Meng Chi, seorang utusan kekaisaran Mongol, tiba di istana Kertanegara. Ia mengenakan jubah kebesaran Dinasti Yuan, menunggang kuda dengan lambang naga emas pada pelananya. Di tangannya tergenggam sebuah gulungan surat bersegel merah, tanda perintah langsung dari Kaisar Kubilai Khan.

Meng Chi melangkah dengan penuh percaya diri ke balairung Singasari. Para pejabat kerajaan memandangnya dengan tatapan curiga, tetapi ia tidak gentar. Di hadapan singgasana, Meng Chi menyampaikan maksud kedatangannya dengan suara lantang.
"Yang Mulia Prabu Kertanegara, junjungan kami, Kaisar Kubilai Khan, yang kekuasaannya melampaui batas cakrawala, memerintahkan saya untuk menyampaikan surat ini. Beliau menginginkan agar negeri Jawa tunduk kepada Dinasti Yuan dan membayar upeti sebagai tanda kesetiaan."

Kertanegara sangat murka dan memandangi Meng Chi dengan sorot mata tajam. Seluruh balairung terdiam. Para punggawa menunggu reaksi raja mereka. Dengan gerakan pelan namun penuh kekuatan, Kertanegara bangkit dari singgasananya.

"Utusan Mongol!" seru Kertanegara, suaranya menggema di balairung. "Apakah tuanmu, Kaisar Kubilai Khan, mengira bahwa Jawa akan tunduk seperti negeri-negeri lain yang ia taklukkan? Negeri ini tidak pernah takluk, dan tidak akan pernah tunduk pada siapa pun!"

Meng Chi berdiri kaku, namun ada semburat ketakutan di wajahnya. Ia mencoba menyampaikan argumen, "Yang Mulia, ini adalah kesempatan untuk menjadi bagian dari kekaisaran terbesar di dunia. Penolakan hanya akan membawa kehancuran bagi negeri Anda."

Namun, sebelum ia selesai berbicara, Kertanegara mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada para pengawal. "Bawa utusan ini ke luar balairung!" perintahnya.

Meng Chi dipaksa berlutut di tengah halaman istana. Kertanegara, dengan tangan berlumuran amarah, mengambil sebilah keris kecil yang berkilau tajam. "Biarkan ini menjadi pesan kepada Kaisar Mongol!" serunya, sebelum dengan gerakan cepat, ia memotong salah satu telinga Meng Chi.

Jeritan Meng Chi menggema di seluruh halaman. Darah mengalir deras, membasahi tanah istana. Para pejabat menahan napas, ngeri sekaligus kagum pada keberanian raja mereka.

"Pergilah, dan sampaikan kepada tuanmu bahwa Jawa bukan negeri yang mudah ditaklukkan!" kata Kertanegara, sambil melemparkan potongan telinga itu kepada Meng Chi.

KEMURKAAN KUBILAI KHAN
Meng Chi kembali ke istana Dinasti Yuan dalam keadaan babak belur. Ketika ia menghadap Kubilai Khan, wajahnya memerah karena menahan malu dan amarah. Ia menyerahkan surat dari Kertanegara, yang berisi penghinaan besar terhadap Kaisar Mongol. Kubilai Khan membaca surat itu dengan mata yang membara.

"Prabu Kertanegara telah menghina kita!" teriaknya. "Bukan hanya ia menolak tunduk, tetapi ia berani melukai utusanku. Ini adalah penghinaan yang tidak bisa dimaafkan!"

Kubilai Khan berdiri dari tahtanya, tangannya mengepal dengan amarah. Ia memandang para jenderalnya dan mengeluarkan perintah yang mengguncang ruangan.

"Kirimkan pasukan kita! Jawa harus ditundukkan. Aku ingin kepala Kertanegara dibawa ke hadapanku!"

Dengan perintah itu, roda sejarah mulai berputar. Dinasti Yuan mempersiapkan ekspedisi militer besar-besaran ke Jawa. Namun, takdir memiliki rencananya sendiri, karena Kertanegara tidak akan bertahan lama untuk menghadapi ancaman itu.

Sejarah mencatat bahwa penghinaan kepada Kubilai Khan oleh Kertanegara adalah salah satu alasan utama invasi Mongol ke Jawa pada tahun 1293. Tetapi, Singasari telah runtuh oleh pemberontakan sebelum armada besar itu tiba, membuka jalan bagi kebangkitan kerajaan baru, Majapahit, di bawah kepemimpinan Raden Wijaya.
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Iklan